Memahami Ketidakterbatasan Ilmu Allah



Sebut saja namanya Fulan adalah seorang pemuda yang rajin beribadah.Sholat, berdzikir, berpuasa dan perintah agama Islam lainnya dijalankan dengan baik.

Fulan dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga taat beragama. Ayahnya adalah seorang pengelola madrasah dan ibunya adalah seorang guru. Waktu berjalan sampai suatu saat Fulan beranjak dewasa dan siap menikah. Fulan bertemu dan berkenalan dengan seorang gadis dan Fulan pun bertekad untuk segera menikah. Dalam perkenalannya dengan sang gadis, segala hal yang bisa menjaga kesucian hati dan menjauhi larangan agama dipenuhi dengan sebaik-baiknya.Sampai suatu saat....sang gadis memutuskan hubungan dengan Fulan dan tiba-tiba menikah dengan orang lain. Akibatnya Fulan merasa dibohongi dan frustasi berat atas penyelewengan sang gadis sehingga akibat selanjutnya adalah ditinggalkannya segala perintah agama baik sholat, puasa, berdzikir,dll mungkin ini sebagai tanda protes kepada Allah SWT. Sampai sekarangpun masih si Fulan meninggalkan perintah agama Islam, bahkan pernah terlontar dalam ucapannya bahwa dia tidak takut kepada Tuhan.

Lalu bagaimana sikap kita ketika menghadapi orang yang karena disakiti hatinya seperti Fulan itu, menjadi begitu kacau kejiwaannya, bahkan berani menentang Tuhan...??? Insya Allah untuk memberikan ‘obat mujarab’ kepada si fulan diatas, disini terdapat kisah nyata yang hampir mirip kejadiannya dengan fulan tersebut diatas.


Kejadiannya pada waktu itu ada seorang Mahasiswa di sebuah daerah, dia indekost di rumah yang tidak jauh dengan Kampusnya tersebut, kebetulan sang empunya rumah adalah tokoh dan ulama nomor wahid di daerah tersebut. Mahasiswa itu (sebut saja A), adalah juga berasal dari keluarga yang cukup fanatik, dalam menjalankan syariah agama termasuk si A tsb.

Pada waktu itu kuliah berjalan cukup lancar, dan si A termasuk mahasiswa yang brilliant dan dia aware juga atas kemampuannya, namun rupanya ‘sial’ menimpa dirinya karena kelulusannya terganjal oleh pelajaran Pancasila hingga ujian 4 semester belum juga lulus (padahal mata kuliah pokok rata-rata bernilai A dan B). akhirnya dia jadi ........ FRUSTASI BERAT.

Si A berfikir, saya sudah Sholat Tahajud, sudah berdoa sudah belajar, sudah menguasai materi kok malah nggak lulus-lulus itu Mata Kuliah Pancasila. Akhirnya dia putuskan untuk ‘membelot dari Islam, dia berfikir jangan-jangan agama lain yang bener’... kebimbangan ini membuat dia tidak mau sholat, hingga 2 hari kemudian, oleh sang empunya rumah, dipanggillah si A, (kejadian pada diri si A dilaporkan oleh temannya kepada si empunya rumah).singkat cerita terjadilah dialog....yang akhirnya dapat menyadarkan si A, yang selanjutnya si A ber istighfar.....dan bisa lulus di semester berikutnya.

Dialog ini sangat ringan dan berbobot, yang semoga dapat menjadi obat mujarab, bagi Fulan lain yang merasa senasib sebagai berikut :

Empunya Rumah ( ER )
ER  :  Kenapa kejadian tersebut, malahan membuat ananda bersikap seperti itu ?
A    :  Karena saya melihat justru teman-teman saya yang non muslim malahan cepat lulus, padahal saya sudah berusaha mati-matian dan berdoa tapi tetap gagal terus.
ER  :  Kenapa ananda malahan berprasangka jelek kepada Allah ?, bukankah yang demikian itu tentu adalah rahasia Allah, yang Insya Allah justru ada hikmahnya dan menjadi lebih baik.
A    :  Bagaimana mungkin ? wong saya ndak lulus terus, kok jadi ada baiknya................... bingung saya ?
ER  :  Saya akan tanya kepada ananda misal saja, Andaikan di suatu siang hari yang panas, ananda sedang membeli ice cream, tiba-tiba datang keponakan ananda yang berumur 7 tahun,dia melihat ananda sedang menikmati ice cream, dan keponakan ananda memintanya, lalu apa yang akan ananda lakukan ?
A    :  Ya saya belikan,lah.........
ER  :  Alasan apa ananda memberikan ice cream tersebut ?
A    :  Yah.... karena saya sayang padanya.
ER  :  kira -kira perasaan apa yang dirasakan oleh keponakan ananda ?
A    :  dia senang sekali dan sangat berterima kasih.
ER  :  menurut ananda, keponakan ananda tersebut berfikir, ananda ini orang baik atau jahat ?
A    :  Tentu dia berfikir saya orang baik. (karena memberinya ice cream).
ER  :  Baiklah, seminggu kemudian kejadian seperti di atas terjadi lagi. Pada waktu itu ananda membeli ice cream dan keponakan ananda datang lagi, NAMUN pada saat itu, keponakan ananda ‘menderita flu berat’, dan dia minta ice cream kepada ananda. Pertanyaan saya........ Apakah ananda akan memberinya?
A    :  Pasti tidak !
ER  :  Kenapa tidak ?
A    :  Karena dia sedang sakit, flu berat... bukankah kalau saya beri, sakitnya malah akan tambah parah.
ER  :  Jadi ananda tidak memberinya ice cream karena SAYANG ATAU BENCI ?
A    :  Pasti karena sayang.
ER  :  Menurut ananda, sewaktu ananda tidak memberi ice cream kepadanya apa kira-kira anggapan keponakan ananda kepada ananda, Apakah Baik atau Jahat ?
A    :  Pasti dia akan berfikir, kali ini saya Jahat.
ER  :  Nah coba camkan !!! pada waktu ananda MEMBERI DAN TIDAK MEMBERI KARENA SAYANG,Tapi ananda juga tahu bahwa keponakan ananda berfikir ananda jahat pada saat ananda tidak memberinya ice cream.

         Lihatlah antara ananda dengan keponakan ananda yang berumur 7 tahun saja sudah terjadi hal hal seperti diatas (karena ilmu ananda jauh lebih tinggi dibanding keponakan anda, dan tentunya apa yang ananda pikir, tidaklah terjangkau oleh pikiran anak umur 7 tahun).......... Lha apalagi kita manusia yang sangat dhoif/lemah ini,apakah pantas kita akan menjangkau dan menilai Ilmunya Allah ??? Jadi untuk gampangnya anggaplah ice cream itu ‘kelulusan’ ananda......MAKA BELUM LULUSNYA ANANDA ITU KARENA SAYANGNYA ALLAH KEPADA ANANDA, (seperti sayangnya ananda kepada keponakan ananda saat ananda tidak mau memberinya ice cream ketika keponakan itu lagi sakit flu) PERCAYALAH ALLAH MAHA TAHU APA YANG KITA BUTUHKAN, DAN YAKINLAH ITU YANG TERBAIK UNTUK ANANDA. selesai.

Alhamdulillah, setelah kejadian itu teman saya si A menjadi sadar dan tenang kembali, kembali rajin sholat lagi, rapi lagi, dan lulus. Dan hingga saat ini dia sekarang menjadi seorang muslim yang taat dan professional sukses.

Demikianlah kisah nyata ini semoga bermanfaat.

(sumber : Kisah Nyata Islami)

Komentar