LDII dan TNI Gelar Diklat Bela Negara untuk Tangkal Proxy War

Sebagai organisasi kemasyarakatan (ormas), Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) tergerak untuk berperan dalam pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Landasan tersebut yang mendorong LDII bermitra dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) menggelar diklat bela negara bagi pimpinan LDII se-Sulawesi. Diklat ini digelar selama 5 hari, terhitung sejak Senin (23/11/2015) hingga Jumat (27/11/2015) di Markas Rindam VII Wirabuana, Pakkatto, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Dengan diikuti 170 kader Bela Negara LDII se-Sulawesi, diklat ini bertujuan menumbuhkan rasa, paham, dan semangat bela negara di sanubari segenap warga LDII.
Dalam pelatihan ini, pimpinan Kodam VII Wirabuana dan Rindam VII Wirabuana menyampaikan berbagai materi strategis. Materi disampaikan di dalam kelas (indoor) maupun di luar kelas (outdoor).
Sama sekali tidak ada unsur militerisme dalam diklat ini. Buktinya, materi yang sampaikan berupa ajakan agar bangga menjadi warga Indonesia. Tidak ada unsur kekerasan fisik selama pelatihan. Disamping itu, materi outdoor bertujuan membina kualitas mental dan disiplin kader.
Materi indoor, diantaranya ceramah proxy war dan wawasan kebangsaan. Staf ahli Kodam VII Wirabuana Kol Kav . Andi Darmawangsa, SIP, MM pada Selasa (24/11/2015) di Aula Jenderal Sudirman menjelaskan, saat ini, Indonesia menghadapi proxy war (perang proksi).
Proxy War adalah perang yang terjadi ketika lawan kekuatan menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti berkelahi satu sama lain secara langsung. Perang ini melalui berbagai aspek berbangsa dan bernegara. Tidak terlihat siapa lawan atau kawan. Aktor proxy war adalah non-state, tetapi dikendalikan oleh state.

Untuk menangkal proxy war, beberapa langkah dapat ditempuh segenap elemen bangsa, diantaranya tidak mudah terpengaruh budaya asing dan arus globalisasi, berpikir jernih namun kritis saat melihat hal-hal yang aneh, menjadi tokoh dan contoh di lingkungan masing-masing.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu penguatan 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. Empat pilar tersebut meliputi, Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pancasila, sebagai contoh, dewasa ini mulai hilang dari sendi-sendi kehidupan bertanah air. Buktinya, kurikulum Pancasila maupun kewiraan di Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT) dihilangkan.
Dampaknya, pancasila mati suri, masyarakat alergi terhadap pancasila, dan lunturnya jiwa nasionalisme. Selain itu, moralitas bangsa menurun dengan ditandai mengguritanya kasus Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), maraknya pornografi, narkoba, dan seks bebas. Aksi terorisme dan radikalisme melanda negeri. Juga terjadi kerusuhan dimana-mana. Hal ini mengindikasikan lemahnya pemahanan maupun pengaplikasian nilai-nilai Pancasila.
Diakhir penyampaiannya, Kol Kav Andi Darmawangsa mengajak LDII tampil sebagai penyelamat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dengan meningkatkan aktualisasi nilai-nilai wawasang kebangsaan dan bela negara.
Melalui kegiatan diklat bela negara tersebut, pihaknya berharap, di dalam diri kader LDII, tumbuh semangat nasionalisme dan rasa persaudaraan dalam mendorong pembangunan nasional.


Selain itu, kata Darmawangsa, diklat bela negara LDII ini diharapkan menjadi sarana bertukar pikiran dalam memajukan bangsa. Juga dapat meningkatkan rasa nasionalisme dan menumbuhkan wawasan kebangsaan dengan mengetahui teritorial negeri menyangkut aspek alamiah Trigatra (Geografi, demografi, Kondisi sosial) serta aspek Pancagatra (Ipoleksusbudhankam).

Pihaknya berharap, LDII menjadi agent of change (agen perubahan) yang mempunyai sikap tanggung jawab (sense of responsibility), rasa memiliki (sense of belonging) untuk memajukan bangsa, membangun bangsa sehingga tercipta masyarakat yang madani (civil society).
Sedangkan Wadan Rindam VII Wirabuana, Letkol Inf Priono mengatakan, wawasan kebangsaan terdiri dari tiga tingkatan. Ketiga tingkatan tersebut meliputi rasa, paham, dan semangat bela negara.
Ihwal rasa kebangsaan, berkaitan dengan ikatan emosi yang kuat antara negara dengan rakyat melalui proses pembangunan (character building). Sedangkan paham kebangsaan, berhubungan dengan pendidikan kebangsaan yang meliputi pengetahuan dan visi kebangsaan.
Pada tingkatan semangat, berkenaan dengan aksi kebangsaan, berupa keteladanan, militansi, cinta tanah air, bela negara, tidak kenal menyerah, rela berkorban, bangga terhadap bangsa, sesama warga negara saling memajukan, dan memberi suri tauladan.
Pada aktivitas lapangan, kegiatan yang digelar diantaranya, Pelatihan Baris Berbaris (PBB), titian dua tali, rapelling dari tower, flying fox, titian tali, dan kelereng bambu.
Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII, Prof Dr Abdullah Syam, MSc mengatakan, ormas laiknya bersinergi dengan TNI dalam membela Negara. LDII, kata Abdullah, memegang teguh falsafah kehidupan berbangsa dan bernegara. “Komitmen LDII bahwa Pancasila, UUD 1945, dan NKRI harga mati. Bahkan, saya sering menantang, orang atau lembaga yang ingin mengganti falsafah Pancasila dengan falsafah lain, maka ia bukan hanya berhadapan dengan TNI/Polri, tetapi juga berhadapan dengan LDII,” ujar Syam, Senin (23/11/2015).
Adapun Ketua DPP LDII Hidayat Nahwi Rasul saat talkshow bela negara bersama Kodam VII Wirabuana di TVRI Sulsel pada Senin (30/11/2015) malam, mengajak segenap elemen bangsa untuk ikut terlibat upaya bela negara. Pihaknya mendorong ormas lain mengikuti jejak LDII. 
Sumber : DPW LDII Sulsel

Komentar