Sekadar nostalgia, Indonesia pernah menjadi
salah satu titik pusat peradaban dunia. Lalu semuanya menjadi senyap. Riuh nama
Jawadwipa atau Swarnadwipa yang membuat orang-orang Eropa, pemburu merica dan
lada, berdatangan ke nuasantara tak lagi terdengar. Maka monumen berupa candi
Borobudur, Prambanan, dan berbagai artefak peninggalan sejarah seperti
mengingatkan tentang pernah adanya sebuah integritas yang pernah hadir di
Indonesia.
Lalu, bagaimana mengembalikan integritas
bangsa di tengah-tengah konsumerisme, korupsi, dan ancaman perpecahan lantaran
perbedaan agama atau ras. LDII melihat pentingnya bangsa Indonesia melaksanakan
6 tabiat luhur (rukun, kompak, kerjasama yang baik, jujur, amanah, dan kerja
keras juga berhemat (muzhid mujhid)), sebagai upaya keluar dari krisis
integritas bangsa. Dimulai dengan meningkatkan kerukunan di antara sesama
bangsa Indonesia. “Bangsa ini harus sanggup membebaskan diri dari prasangka
buruk, rasa dengki, dan iri antara sesama anggota masyarakat. Sifat yang khas
dari orang Indonesia adalah tak suka bila koleganya berhasil,” ujar Prasetyo
Soenaryo, Ketua DPP LDII. Kerukunan, imbuh Prasetyo, bersifat dinamis.
Kerukunan sejatinya adalah modal dasar
manusia sebagai makhluk sosial yang selalu ingin berkelompok. Sebab, kerukunan merupakan
media untuk mengumpulkan energi positif. Energi positif inilah yang sangat
diperlakukan untuk membangun kehidupan sosial kea rah yang lebih baik, dalam
bentuk pembangunan. Bayangkan saja bila kerukunan tak dibentuk, energi positif
akan terus berbenturan dengan energi negatif, yang berakibat mundurnya proses
pembangunan bangsa.
Selain kerukunan, hal lain yang tak boleh diabaikan adalah asalah kekompakan. Sebab, rukun, tak selalu kompak. “Manusia bisa saja rukun, meski berbeda pendapat, namun kekompakan membutuhkan kesamaan pendapat, visi, sampai bagaimana memulai dan mengakhiri pekerjaan,” tutur Chriswanto Santoso, Ketua DPP LDII sekaligus Ketua DPD LDII Jawa Timur.
Kompak
Wujud nyata kompak, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW yang diriwayatkan dalam hadits Bukhori: “Orang iman terhadap orang iman yang lain sebagaimana bangunan yang bagian-bagiannya saling memperkuat”. Dengan demikian kekompakan menciptakan sebuah jati diri, kekuatan, dan solidaritas karena dengan kompak kelemahan satu individu bisa ditutupi dengan kelebihan yang lain. Hal ini sangat berguna untuk menyelesaikan suatu program atau menghadapi ancaman dari luar.
Wujud nyata kompak, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW yang diriwayatkan dalam hadits Bukhori: “Orang iman terhadap orang iman yang lain sebagaimana bangunan yang bagian-bagiannya saling memperkuat”. Dengan demikian kekompakan menciptakan sebuah jati diri, kekuatan, dan solidaritas karena dengan kompak kelemahan satu individu bisa ditutupi dengan kelebihan yang lain. Hal ini sangat berguna untuk menyelesaikan suatu program atau menghadapi ancaman dari luar.
Kerjasama yang baik
Kerjasama adalah sikap yang harus dimiliki
kelompok untuk mencapai cita-cita bersama. Dalam kerjasama, setiap individu
harus menjauhkan diri dari sikap saling jegal atau merugikan satu sama lain.
Kerjasama diperlukan untuk mengorganisasi potensi yang dimiliki dalam suatu
kelompok. Dalam team building, pengertian satu sama lain untuk meraih cita-cita
bersama menjadi sangat penting, sehingga pada satu titik diperlukan pengorbanan
dari salah satu anggota kelompok.
Pengembangan Potensi Individu
Selanjutnya, ada tiga hal yang mesti dimiliki
oleh individu untuk membangun integritas bangsa, yakni sifat jujur, amanah, dan
bekerja keras. Kejujuran boleh dikata adalah pangkal atau modal dasar membangun
integritas. Seorang individu harus mampu jujur terhadap diri sendiri(internal
honesty) maupun terhadap orang lain (external honesty).
Kejujuran terhadap diri sendiri diperlukan
untuk merumuskan target yang bisa diraih oleh seorang individu. Selain itu,
kejujuran terhadap diri juga sangat penting untuk menselaraskan antara ucapan
dan perbuatan. Sebab, ketidaksesuaian antara ucapan dan perbuatan mengakibatkan
tergerusnya integritas seseorang.
Jamak yang terjadi di Indonesia adalah, pada
saat Pemilu para calon pemimpin berkampanye dengan janji-janji, yang sebenarnya
mereka sendiri tak bakal mampu memenuhi janjinya itu. Walhasil, usai memenangi
Pemilu, mereka tak akan pernah menepati janjinya, lantaran orientasi berpolitik
hanya soal kekuasaan atau posisi belaka. Inilah yang membuat Indonesua berjalan
di tempat.
Jujur terhadap orang lain diperlukan untuk menjaga integritas. Juga
merupakan syarat terwujudnya keutuhan dan kekompakan kelompok. Tanpa kejujuran
terhadap orang lain, mustahil kerukunan, kekompakan, dan kerjasama yang baik
bakal terwujud. Semakin tinggi tingkat kejujuran dalam suatu kelompok atau
bangsa, maka semakin ringan beban sosial yang ditanggung oleh bangsa,
sebaliknya semakin rendahnya tingkat kejujuran menambah beban sosial suatu
bangsa.
Amanah sebagai sikap mulia diperlukan agar setiap individu dapat
dipercaya dan mampu menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya. Sikap amanah,
diperlukan untuk membangun kemampuan bekerjasama dengan pihak lain, untuk
mencapai cita-cita bersama. Kemampuan mengemban amanah, sangat berkait dengan
kemampuan membentuk kinerja kelompok, bahkan membentuk kinerja suatu bangsa.
Kemampuan mengemban amanah akan menghasilkan kehidupan saling percaya, yang
selanjutnya menghasilkan energi positif.
Sebaliknya, ketidakmampuan mengemban amanah
akan menghasilkan energi negatif, yang membuat suatu kelompok atau bangsa
selalu ingin berfikir negatif antara satu dengan yang lainnya, yang hasilnya
justru membuat menurun kinerja individu atau kelompok. Tingginya tingkat
korupsi di Indonesia, salah satu disebabkan ketidakmampuan birokrat untuk jujur
dan amanah terhadap tugas yang diembankan pada mereka. Lalu korupsi inilah yang
membuat ekonomi berbiaya tinggi, yang hasilnya produk Indonesia kalah bersaiang
dari sisi kualitas dan harga, juga investor jeri untuk melakukan investasi di
Indonesia, lantaran banyak korupsi dalam bentuk pungutan liar, di luar pungutan
yang legal.
Muzhid Mujhid
Sikap terakhir yang diperlukan untuk
membangun integritas bangsa adalah muzhid mujhid.
Muzhid (bekerja keras), adalah usaha keras agar dapat bersaing dalam iklim kompetisi global. Dalam meraih tujuan, seseorang harus melakukan kerja keras untuk hasil yang maksimal sekaligus memenangi persaingan. Bekerja keras dapat menghasilkan sesuatu untuk pencapaian kebutuhan hidup atau memberi solusi terhadap suatu permasalahan.
Muzhid (bekerja keras), adalah usaha keras agar dapat bersaing dalam iklim kompetisi global. Dalam meraih tujuan, seseorang harus melakukan kerja keras untuk hasil yang maksimal sekaligus memenangi persaingan. Bekerja keras dapat menghasilkan sesuatu untuk pencapaian kebutuhan hidup atau memberi solusi terhadap suatu permasalahan.
Budaya kerja keras inilah yang tampak dari
orang Jepang dengan semangat bushido, yakni kerja keras dan tekun hingga
tercapainya suatu target. Semangat inilah yang juga menyelamatkan bangsa Jepang
dari keruntuhan fisik dan moril pasca Perang Dunia II. Demikian pula dengan
masyarakat maju di negara Barat, mereka bekerja keras sekaligus merencanakan
semuanya dengan matang. Dengan demikian, Barat mencapai peradaban tertinggi
dalam hal teknologi sejak revolusi industri di abad 19.
Selanjutnya adalah berhemat. Hemat menjadi bagian penting dari pembangunan integritas,
lantaran inilah sikap terampil dalam mengelola pengeluaran. “Ketika budaya
konsumerisme menyergap dunia, orang tak lagi memperhatikan fungsi dalam membeli
produk, tapi lebih mengutamakan gengsi,” kata Yudi Latief, cendekiawan muslim.
Pendekatan ini membuat orang semakin boros lantaran slogan: Anda adalah apa
yang Anda pakai. Walhasil status seseorang bukan lagi ditentukan oleh profesi
atau kelebihan dalam suatu ketrampilan, tapi diukur dengan apa yang dimiliki.
Repotnya, konsumerisme ini mendorong orang
berbuat apa saja untuk memiliki materi, alias brand terkemuka. Mereka tak lagi
hanya bekerja keras, tapi juga karena desakan-desakan keinginan dari keluarga,
seorang ayah misalnya korupsi karena ingin membelikan mobil istrinya. Taka sing
bila seorang staf kejaksaan korupsi lantaran ingin memiliki handphone cerdas
macam Blackberry. Nah inilah yang membuat integritas terganggu lantaran
persoalan konsumerisme.
Dengan berhemat, seseorang mampu menyimpan
devisa untuk pengembangan usaha sekaligus menjaga segala kemungkinan keperluan
mendadak. Kemampuan berhemat inilah yang membuat bangsa Cina memiliki surplus
besar devisa negara dan cadangan energi. Misalnya manajemen batubara. Cina
adalah pengimpor terbesar batu bara dunia, sementara cadangan batu bara yang
mereka miliki sebagai persediaaan bila cadangan dunia menipis.
Dengan 6 tabiat luhur ini, setidaknya menjadi
modal kuat dalam membangun integritas bangsa. Sehingga Indonesia bisa duduk
sama rendah dan berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa di dunia.
sumber : http://nuansaonline.net
Komentar
Posting Komentar