Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII),
Abdullah Syam menjelaskan bahwa bangsa Indonesia kuat karena ada pendekatan
bahasa dan pendekatan genetik yang menyatukan rakyatnya. Bahasa memiliki peran
penting dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
"Ternyata pendekatan bahasa dan pendekatan genetik yang membuat kita kuat. Sebagai salah satu wujud dari empat konsesus bangsa, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI," ujarnya dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan tema ‘Peran Strategis Bahasa Indonesia dan Genetika dalam Menjaga Keutuhan NKRI’ di kantor DPP LDII, Jakarta, Rabu (21/3).
Ketika seseorang diikat dengan persamaan genetik, lanjutnya, maka tidak akan lagi mempermasalahkan hal yang bersifat visual. Seperti ras golongan maupun agama.
"Tidak ada lagi saya kriting saya item. Orang Jawa seperti ini, Palembang seperti ini. Tapi adanya kita satu genetik, satu bangsa," jelasnya.
Hal serupa juga terjadi dengan bahasa. Indonesia kaya akan bahasa, bahkan hampir setiap kampung memiliki bahasa berbeda.
"Tapi ada satu bahasa yang sama-sama dimengerti, yakni bahasa Indonesia," sambung Abdullah Syam.
Senada dengan itu, ahli bahasa Universitas Mataram, Mahsun mengimbau agar rakyat Indonesia merawat bahasa Indonesia yang telah menjadi bahasa pemersatu bangsa. Jangan sampai, kata dia, bahasa Indonesia terdegradasi oleh bahasa asing.
Mahsun mencontohkan salah satu yang sedang massif dan perlu diwaspadai adalah degradasi bahasa melayu yang tengah terjadi di Malaysia.
"Bahasa melayu Malaysia, dalam UU mereka jelas dipakai sebagai bahasa nasional. Tetapi dalam pemakaian ternyata mereka tidak dominan," tukasnya. [ian]
Komentar
Posting Komentar