Ibadah yang paling utama dalam kehidupannya orang iman, yang paling
dicintai oleh Alloh, yang paling bisa mendekatkan diri pada Alloh dan amalan
yang dihisab pertama kali oleh Alloh pada hari qiyamah adalah ibadah shoat.
Sehingga gerakan – gerakan dan bacaan – bacaan yang dibaca dan yang dilakukan
harus sesuai dengan ketentuan dari Al-Qur’an dan Al-Hadits secara sempurna.
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ
الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَلَاتُهُ فَإِنْ وُجِدَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ
تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتُقِصَ مِنْهَا شَيْءٌ قَالَ انْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ
لَهُ مِنْ تَطَوُّعٍ يُكَمِّلُ لَهُ مَا ضَيَّعَ مِنْ فَرِيضَةٍ مِنْ تَطَوُّعِهِ
ثُمَّ سَائِرُ الْأَعْمَالِ تَجْرِي عَلَى حَسَبِ ذَلِكَ * رواه النسائى
“Sesungguhnya amalan seorang hamba yang
pertama kali dihitung adalah sholatnya maka jika sholatnya baik, maka sungguh
ia telah beruntung dan sukses. Sebaliknya apabila sholatnya rusak maka ia
celaka dan merugi. Kemudian jika ada dalam sholat wajibnya kurang, Alloh SWT
berfirman kepada malaikat – padahal ia lebih tahu – ‘lihatlah apakah hamba-Ku
mengerjakan sholat sunnah, maka jika ia mengerjakan, maka sempurnakanlah sholat
wajib hambakudengan sholat sunnahnya!’ Kemudian amalan-amalan lainnya
diperlakukan demikian” (H.R An-Nasa’i)
Bacaan di dalam sholat dikategorikan sempurna apabila dibaca dengan pelan –
pelan, fasih dan menghayati maknanya sebab bacaan dalam sholat tersebut
ditujukan untuk berkomunikasi dengan Alloh, sehingga apabila diucapkan harus
dengan hati yang khusuk.
Begitu juga gerakan – gerakan dalam sholat bisa dikatakan sempurna apabila
bisa menjaga kekhusukan dan thuma’ninahan dalam sholat. Sehingga ketika sholat
harus khusu’ dan thuma’ninah, kalau tidak bisa khusu’ dan thuma’ninah dalam
sholat maka sholatnya tidak sempurna.
Dampak negatifnya mengabaikan thuma’ninah dan kekhusyukan dalam sholat :
1. Tidak thuma’ninah adalah ciri – ciri sholatnya orang munafiq
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « … تِلْكَ صَلاَةُ الْمُنَافِقِ
يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَىِ الشَّيْطَانِ
قَامَ فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا لاَ يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهَا إِلاَّ قَلِيلاً » *
رواه مسلم
Dari Anas bin Malik dia berkata : Aku
mendengar Rosululloh SAW bersabda : … demikian itu (mengakhirkan sholat ashar)
adalah sholatnya orang munafiq, dia duduk santai mengamati matahari, sehingga
ketika matahari telah berada diantara dua tanduknya syetan (hampir terbenam)
maka dia berdiri (untuk mengerjakan sholat) lalu dia mematuk – matuk sholat 4
rokaat (mengerjakan dengan cepat tidak thuma’ninah), dia juga tidak ingat pada
Alloh (tidak khusyu’) dalam sholat kecuali sedikit.
2.
Tidak thuma’ninah adalah ciri – ciri
orang yang tidak khusyu’ dalam sholat
عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ ، أَنَّهُ
رَأَى رَجُلاً عَبَثَ فِي صَلاَتِهِ ، فَقَالَ : لَوْ خَشَعَ قَلْبُ هَذَا
خَشَعَتْ جَوَارِحَهُ * رواه نعيم بن حماد في الزهد والرقائق
Dari Sa’id bin musayyab dia melihat
seorang laki – laki bermain – main dalam sholatnya (tidak thuma’ninah), lalu
dia berkata : seandainya hati orang ini khusu’ maka khusu’ pula anggota
badannya.
3.
Sejelek-jeleknya pencuri adalah orang
yang tidak thuma’ninah dalam sholatnya
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” إِنَّ أَسْوَأَ النَّاسِ
سَرِقَةً، الَّذِي يَسْرِقُ صَلَاتَهُ “، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَكَيْفَ
يَسْرِقُهَا؟ قَالَ: ” لَا يُتِمُّ رُكُوعَهَا وَلَا سُجُودَهَا * رواه أحمد
Dari Abi Said, sesungguhnya wahai
Rosululloh SAW bersabda : Sesungguhnya sejelek – jeleknya mencuri adalah orang
yang mencuri sholatnya. Mereka shohabat bertanya : wahai Rosululloh SAW
bagaimana bisa dia mencuri sholatnya?, beliau menjawab : dia tidak
menyempurnakan rukuk dan sujudnya (tidak thuma’ninah).
4.
Sholat yang tidak thuma’ninah hukum
sholatnya batal, tidak sah, sama dengan tidak sholat, harus mengulangi lagi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنَّ رَسُولَ
اللهِ صلى الله عليه وسلم دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فَسَلَّمَ
عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَرَدَّ وَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ
لَمْ تُصَلِّ فَرَجَعَ يُصَلِّي كَمَا صَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى
النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ
ثَلاَثًا فَقَالَ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ
فَعَلِّمْنِي فَقَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا
تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا
ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ
سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي
صَلاَتِكَ كُلِّهَا * رواه البخارى
Dari Abi huroiroh ” Sesungguhnya
Rasulullah SAW masuk Masjid, lalu ada seorang laki-laki masuk kemudian ia
sholat. Kemudian orang itu datang dan memberi salam kepada Rasulullah SAW. Lalu
Rasulullah SAW menjawab salamnya dan bersabda:“ Kembali dan ulangilah sholatmu,
karena kamu belum sholat (dengan sholat yang sah)!” Lalu orang itu kembali dan
mengulangi sholat seperti semula. Kemudian ia datang menghadap kepada Nabi SAW
sambil memberi salam kepada beliau. Maka Rasulullah SAW bersabda:” Wa’alaikas
Salaam” Kemudian beliau bersabda:“ Kembali dan ulangilah sholatmu karena kamu
belum sholat!” Sehingga ia mengulang sampai tiga kali. Maka laki-laki itu
berkata:“ Demi Dzat yang mengutus anda dengan kebenaran, aku tidak bisa
melakukan yang lebih baik dari sholat seperti ini, maka ajarilah aku.” Beliau
pun bersabda:“Jika kamu berdiri untuk sholat maka bertakbirlah, lalu bacalah
ayat yang mudah dari Al Qur’an. Kemudian ruku’-lah hingga benar-benar
thuma’ninah (tenang/mapan) dalam ruku’, lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga
kamu berdiri tegak (lurus), kemudian sujudlah sampai engkau thuma’ninah dalam
sujud, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga thuma’ninah dalam keadaan
dudukmu. Kemudian lakukanlah semua itu di seluruh sholat (rakaat) mu.” (HR.
Al-Bukhari).
Komentar
Posting Komentar