Surabaya (ANTARA News) - Sebanyak 200 pemuda Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) dari Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur mengikuti pelatihan bela negara di Markas Batalyon Arhanudse-8, Gedangan, Sidoarjo, 8-10 Mei.
Bagian Humas LDII Jawa Timur dalam keterangan resmi yang diterima Antara di Surabaya, Senin, menyebutkan pelatihan wawasan bela negara itu merupakan salah satu upaya LDII dalam mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pelatihan yang merupakan kerja sama DPD LDII Kota Surabaya dan DPD LDII Kabupaten Sidoarjo bersama Batalyon Arhanudse-8 itu merupakan ajang penggemblengan 100 pemuda LDII Surabaya dan 100 pemuda LDII Sidoarjo dengan materi dari para pembina di lingkungan Batalyon Arhanudse-8.
Materi yang diberikan antara lain tentang Pembentukan Sikap Mental, Proxy War, serta Aktualisasi dan Motivasi Bela Negara.
Selain materi, para peserta akan mendapat gemblengan secara fisik melalui olahraga pagi, apel pagi, dan "outbound" yang menjadi satu rangkaian kegiatan dalam pelatihan ini.
Pelatihan yang dibuka oleh Danrem 084/BJ, Kolonel Inf. Muhammad Nur Rahmad, itu menampilkan pelatih antara lain Kapt. Arh Bayu, Danyon Arh-8, Kapt. Arh Jamal, dan Letnan. Arh Rahmat.
Targetnya, kegiatan ini mencetak para pemuda LDII yang makin kuat sikap mentalnya untuk mendukung NKRI dalam beragam bentuk kegiatan, sehingga para pemuda LDII ini bisa menjadi pelopor di lingkungannya dalam hal bela negara.
"Cross Culture Understanding"
Sebelumnya (7/5), Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI menggelar "Dialog Lintas Guru Agama di Sekolah" yang diikuti ratusan guru di Semarang, Jawa Tengah.
"Sebagai lembaga pendidikan, sekolah mempunyai posisi strategis sebagai lembaga yang memberikan pemahaman tentang perdamaian, penghargaan atas perbedaan, dan toleransi," kata Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Abd. Rahman Masud.
Untuk itu, potensi besar sekolah dalam menjaga perdamaian perlu dioptimalkan. "Sekolah seharusnya menjadi agen perdamaian. Salah satu yang perlu diperkuat dalam konteks ini adalah peran guru agama di Sekolah," katanya.
Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya memberikan pembekalan terhadap guru agama dengan "cross culture understanding", "multiculture of education" dan metode-metode pembelajaran agama yang modern.
"Dengan pola itu, maka agama jauh dari konflik, karena para guru menerima bekal tentang cross culture understanding," katanya.
Senada dengan itu, Kapuslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Hamdar Arraiyyah mengatakan dalam mengakomodasi terwujudnya budaya damai melalui pendidikan agama, Kemenag mengupayakan terwujudnya budaya dialog lintas guru agama. "Kemenag punya tanggung jawab besar dalam mendorong guru agama untuk memberikan ilmu positif tentang agama berwawasan damai," katanya dalam acara yang dibuka Asisten Kesra, Budi Wibowo, mewakili Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Sumber : Antaranews.com
Editor: B Kunto Wibisono
Komentar
Posting Komentar